Aku pernah dengan sangat mencintaimu, kesalahanku. Aku pernah dengan sangat menikmati, ketika kaukoyak isi di dalam dada ini. Ketika kau tukar semua isi kepalaku dengan sesuatu yang kausuka, dikendalikan olehmu aku mulai terbiasa.
Aku pernah berjalan tak berarah ketika bersamamu dulu, seperti tujuan bukanlah lagi sebuah kepentingan bagiku. Dituntun olehmu, aku menyukainya. Apalagi ketika jemarimu mulai menguasai sekat-sekat di jariku yang tak berisi, aku seperti telah dilengkapi.
Tetapi kesalahan bukanlah sesuatu yang harus dibenarkan, bukan? Meski bagiku, kautetaplah kesalahan yang pernah kucintai. Sebuah kesalahan yang berkali-kali membuatku jatuh, namun juga yang memaksaku untuk semakin kuat menompang tubuh.
Kamu adalah sebuah kesalahan yang dititipkan Tuhan, untuk mengajariku arti sebuah penerimaan. Paradigma baru tentang toleransi sesama manusia. Tentang sesuatu yang harus dikalahkan, untuk tetap dalam satu ikatan.
Sebodoh itu aku pernah mencintaimu, kesalahanku. Ketika perlahan-lahan kaurebut semua mimpi yang telah aku susun sedemikian rupa, hanya untuk sebuah bahagia yang hanya kamu tuannya. Sementara aku, hanya seseorang yang Tuhan titipkan sebagai perantara atas do’a-do’amu, tentang seseorang yang kauminta ada untuk memahamimu. Tentang seseorang yang kauminta ada untuk mengertimu. Tentang seseorang yang kauminta ada untuk menurutimu.
Namun Tuhan berkata berbeda, bagiNya, aku untukmu hanya sementara. Hanya untuk memberikanmu sebuah gambaran, tentang betapa senangnya diagung-agungkan.
Tapi sejujurnya, aku merasa kehilanganmu, kesalahanku. Entah bagaimana jadinya kamu, bila tidak ada aku. Tak ada lagi, yang rela kaumaki. Tak ada lagi yang rela kamu jatuhkan berkali-kali. Aku takut kamu tak terbiasa. Aku takut, jika sampai saat ini, belum juga kautemukan seseorang yang bodoh sepertiku. Aku takut kamu tak lagi bahagia.
Dan yang paling aku takuti, jika kautelah berubah dan menjadi lebih dewasa, akan ada seseorang yang memperlakukanmu, seperti kamu memperlakukanku dulu. Ketika itu terjadi, aku takut jika kaumerindukanku di saat aku tengah diagungkan yang lain, dan aku tak lagi peduli denganmu.
---