Aku Pernah Mencintaimu

Aku Pernah Mencintaimu

Aku pernah dengan sangat mencintaimu, kesalahanku. Aku pernah dengan sangat menikmati, ketika kaukoyak isi di dalam dada ini. Ketika kau tukar semua isi kepalaku dengan sesuatu yang kausuka, dikendalikan olehmu aku mulai terbiasa.

Aku pernah berjalan tak berarah ketika bersamamu dulu, seperti tujuan bukanlah lagi sebuah kepentingan bagiku. Dituntun olehmu, aku menyukainya. Apalagi ketika jemarimu mulai menguasai sekat-sekat di jariku yang tak berisi, aku seperti telah dilengkapi.

Tetapi kesalahan bukanlah sesuatu yang harus dibenarkan, bukan? Meski bagiku, kautetaplah kesalahan yang pernah kucintai. Sebuah kesalahan yang berkali-kali membuatku jatuh, namun juga yang memaksaku untuk semakin kuat menompang tubuh.

Kamu adalah sebuah kesalahan yang dititipkan Tuhan, untuk mengajariku arti sebuah penerimaan. Paradigma baru tentang toleransi sesama manusia. Tentang sesuatu yang harus dikalahkan, untuk tetap dalam satu ikatan.

Sebodoh itu aku pernah mencintaimu, kesalahanku. Ketika perlahan-lahan kaurebut semua mimpi yang telah aku susun sedemikian rupa, hanya untuk sebuah bahagia yang hanya kamu tuannya. Sementara aku, hanya seseorang yang Tuhan titipkan sebagai perantara atas do’a-do’amu, tentang seseorang yang kauminta ada untuk memahamimu. Tentang seseorang yang kauminta ada untuk mengertimu. Tentang seseorang yang kauminta ada untuk menurutimu.

Namun Tuhan berkata berbeda, bagiNya, aku untukmu hanya sementara. Hanya untuk memberikanmu sebuah gambaran, tentang betapa senangnya diagung-agungkan.

Tapi sejujurnya, aku merasa kehilanganmu, kesalahanku. Entah bagaimana jadinya kamu, bila tidak ada aku. Tak ada lagi, yang rela kaumaki. Tak ada lagi yang rela kamu jatuhkan berkali-kali. Aku takut kamu tak terbiasa. Aku takut, jika sampai saat ini, belum juga kautemukan seseorang yang bodoh sepertiku. Aku takut kamu tak lagi bahagia.

Dan yang paling aku takuti, jika kautelah berubah dan menjadi lebih dewasa, akan ada seseorang yang memperlakukanmu, seperti kamu memperlakukanku dulu. Ketika itu terjadi, aku takut jika kaumerindukanku di saat aku tengah diagungkan yang lain, dan aku tak lagi peduli denganmu.

---

Aku Ingin Merelakanmu

Aku Ingin Merelakanmu

Bukan dengan sajak, aku ingin mengindahkan kegagalan. Bukan pula dengan puisi aku ingin mengabadikan sebuah kehilangan.
Bukan berarti aku tak mengerti tentang perandaian, kekasihku. Namun sungguh aku tak butuh, keadaan ini dianalogikan.

Bukan dengan lambaian, aku ingin mencintai perpisahan. Bukan pula dengan airmata, aku ingin melukis kesedihan. Bukan berarti aku tak mengerti tentang ungkapan, kekasihku. Namun memang sungguh aku tak butuh, rasa ini digambarkan.

Aku ingin merelakanmu dengan caraku, seperti pena yang tak sempat menulis kata pisah, sebab telah habis untuk menggores luka. Aku tak perlu kata untuk melepasmu. Pun aku tak butuh makna, arti kepergianmu. Aku hanya butuh, janganlah kamu sungkan untuk melangkah lebih jauh.

Jangan pernah jadikan bosan sebagai alasan, sayangku. Sebab memang nyatanya, pada dadaku, resahmu tak menjadi tenang. Pun pada pelukku, kembalimu tak berarti pulang.

Sayangku,
sungguh aku tak sudi, jika terus-menerus kau lukis senyummu, dengan pecahan hatimu yang tinggal setengah. Jangan kaulukai dirimu, hanya untuk membahagiakanku. Jangan. Bahkan dengan kaumemaksa pun, aku tidak akan terima.

Kembali lah segera, jika memang dia satu-satunya kauanggap rumah.

---

Selamat Jatuh Cinta

Selamat Jatuh Cinta

Aku tidak sedang jatuh cinta padamu, aku hanya sedang jatuh cinta (lagi) pada diriku sendiri, pada hidupku. Dan aku bersyukur tidak menyerah hingga detik ini.

Sejujurnya, yang aku rasa, aku pun kamu tidak sedang jatuh cinta satu sama lain. Kita hanya sama-sama sedang jatuh cinta pada diri kita masing-masing. Mencintai setiap hal yang membuat diri kita bahagia. Menerima setiap sakit yang kita miliki. karena aku tidak pernah memiliki sakitmu pun kamu tidak akan pernah memiliki sakitku. Jadi masihkah dianggap kita sedang jatuh cinta satu sama lain?

Kita hanya kebetulan sedang sama-sama dan kebetulan lainnya sama-sama itu saling berhubungan.

Jadi, sesungguhnya aku tidak jatuh cinta padamu. Aku jatuh cinta pada yang membuatku bahagia, jika itu kamu. Mungkin kebetulan,


---

Langitpun Lelah

Langitpun Lelah

Ternyata bukan hanya aku yang lelah
Langit juga lelah hari ini
Tak tersisa sedikit pun beban
Buncah, ia lepaskan
Terlalu banyak rintik-rintik sendu yang ia keluarkan

Habis, terkuras
Kini semua lepas, kosong
Selamat lahir kembali
Tanpa beban
Tanpa kotoran, suci

Begitulah hujan, ia menyucikan
Kau pun juga harus, jika lelah, gundah, maka menangislah
Dan esok kau harus menjadi kau yang baru

Jadi

Jadi

Jadi. Harus kumulai darimana tulisan ini? Perlukah kutanyakan kabar, lalu aku menyebutkan segala kabarku tanpa pernah kau tanyakan? Sungguh aku tak paham bagaimana harus memulainya. Sesekali aku ingin menulis sesuatu untukmu yang begitu romantis, agar kau percaya aku menulisnya dengan penuh kerinduan, maaf. Tapi sungguh, aku ingin sekali menulis sesuatu untukmu perihal rindu yang telah beranak pinak.
Malam ini aku duduk di depan meja kamarku, rutinitas seperti biasa, jam telah menunjukkan pukul 01.00 tapi mata tak kunjung usai untuk diajak berdebat. Kau tahu, aku kerap kali menunda jam tidurku untuk merindumu berkali-kali, terlebih malam ini. Menulis sesuatu yang tak pernah lebih begitu penting untuk diriku sendiri, sebab aku tahu memang tak pernah kau baca sekalipun tulisanku, mungkin.
Aku tahu kau mungkin bergumam untuk apa aku menulis hal semacam ini, yang bagimu barangkali tak penting. Tapi kuberitahu satu hal, sebab hanya dengan menulis seperti ini aku dapat mengingatmu, menumpahkan seluruh rinduku dengan bertubi tubi tanpa perantara, 
hanya dengan ini, aku merasa cukup.

Aku ingin merangkai segumpal sajak yang ganjil, tempat di mana kata-kataku, bait-bait prosa cerobohku tertulis dalam elegi merindumu, hingga nanti saatnya tiba, aku mendapati kita yang telah menghilang pada masing masing peraduannya. Kau dengan hal-hal barumu, sementara aku masih tak kunjung selesai memahami bahwasannya aku memang tak berhak jatuh cinta.
Bertahun-tahun aku mengumpulkan setiap langkah demi perjalanan yang tidak pernah kutebak jaraknya.
Tiap kali aku berhenti untuk mencari setiap persinggahan, pada akhirnya aku mengerti, mereka tak bisa kusebut rumah jika di ujung jalan ternyata hanya kau yang benar benar layak untuk dijadikan tempat singgah, barang hanya sementara waktu, sebab aku tahu aku tak bisa lama lama untuk menyinggahimu.
Di ujung hari yang lain, aku ingin sekali menghitung setiap bilangan langkahmu yang perlahan lahan menjadi asing, anggap saja sebagai penantian yang luruh secara perlahan.
Barangkali kita perlu sekali lagi bertatap muka, berdua saja, layaknya sepasang kekasih,
oh maaf aku terlalu lancang, maksudku layaknya sepasang sahabat yang esok hari akan dipisahkan oleh banyak hal untuk sebuah waktu yang tak terdefinisikan.
Kemudian sekali lagi aku akan bertanya,

Tidakkah rinduku yang kemarin masih bisa cukup untuk menahanmu?

---

Masing-masing kita

Masing-masing kita

Masing-masing dari kita adalah sebuah jarak,yang barangkali tak pernah terjamah oleh satuan apapun. 

Masing-masing dari kita adalah waktu, yang setiap jengkalnya tak akan terbayar dengan beribu ribu pertemuan 

Masing-masing dari kita adalah doa, yang amin-nya hanya berujung pada perpisahan 

Maka aku memilihmu untuk mendefinisikan ulang, bahwasannya masing-masing dari kita adalah jauh dari doa doa yang dipanjatkan, bahwa setiap yang terucap bagi kita tak lain hanya sebatas perumpamaan

---

Bila Manusia

Bila Manusia

bila manusia mula meletakkan kehendak tuhan melebih kehendaknya,
dia akan mengenal ikhlas,
bila manusia mula percaya tak semua impian akan diperkenan tuhan,
dia akan mengenal ikhtiar,
bila manusia mula berhenti persoalkan segala ujian yang mendatang,
dia akan mengenal redha,
bila manusia mula punya kekuatan untuk memaafkan hal yang kecil,
dia akan mengenal sabar,
bila manusia mula berasa senang dengan kurniaan yang biasa,
dia akan mengenal syukur,

dan bila manusia mula mengenal tuhan,
dia akan mengenal segalanya.

Jangan Lupa Menyapa-Nya

Jangan Lupa Menyapa-Nya

Ada yang menghilang dari peredaran, tak lagi kudengar bisik rindumu yang sering Tuhan jelmakan menjadi angin yang menenangkan.

Kau sedang banyak masalah, kah? Atau ujian tengah bermain terlalu sering mengajarkanmu pembelajaran baru?

Nona, barangkali kau tengah merasa sendiri, tengah merasa dunia sedang gencar memojokanmu. Tengah merasa bahwa semua bersekongkol mencari titik lemahmu.

Lekaslah beranjak, lekas menarik dirilah barang sejenak. Tuhan tengah rindu kau sapa penuh keikhlasan. Mendekatlah pada-Nya, berbagilah pada-Nya. Biarkan lengan-Nya mendekapmu lebih erat. Barangkali pada peluk-Nya doa-doa kebaikan dariku bisa kau rasakan.

Nona, mungkin belum jatahku untuk menenangkan langsung, tapi kau tak boleh menyerah. Aku percaya kau akan menemukan segera ketenanganmu pada perbincangan-perbincangan yang kian intens kau lakukan dengan Tuhan.

Nona, mencoba mencari perantara memang termasuk upaya, tapi melalaikan yang sebenar-benarnya pemilik jalan adalah kekeliruan. Semoga kau tak terlalu jauh melalaikan-Nya, sebab pada-Nya-lah sebenar-benarnya ketenangan punya muara.

Selamat malam, Nona. selamat rehat. Semoga mimpimu aku. :)

---

Selamat Mendoakan

Selamat Mendoakan

Terkadang yang paling menyakitkan itu, tidak akan mampu dibungkus kata-kata. Tapi terpendam jauh didalam perasaan tidak mampu muncul melalui air mata. Hanya Tuhan yang Tahu.

Terkadang yang paling membahagiakan itu, tidak akan mampu diekspresikan kata-kata. Namun didalam hati bersyukur sekeras-kerasnya hingga memecah langit semesta yang hening diatas sana.

Terkadang rasa yang paling dalam adalah rasa yang tidak pernah terucapkan, akan tetapi selalu digambarkan melalui bagaimana seseorang peduli, entah melalui doa atau tindakannya tapi ia tidak mampu berkata. Sembunyi-sembunyi menulis kata terbaik pada buku rahasia dan senantiasa melantukan doa terbaik yang menembus langit serta menyentuh setiap kelembutan hati Tuhan.

Karena kadang yang indah dan lurus dalam kebaikan adalah yang tidak pernah mampu menemukan kata yang tepat untuk dikatakan.

Karena terkadang ungkapan terindah adalah mendoakan, sesuatu yang kau inginkan dan sayangi kepada Tuhan.

---

Hanya ingin Percaya

Hanya ingin Percaya

Terkadang, aku ingin bisa percaya, bahwa tiap-tiap do'a yang kupanjatkan ke langit tidak akan pernah terjatuh lagi ke tanah. Melainkan ia tertahan tanpa harus bertanya-tanya kemana ia akan jatuh kembali.

Terkadang, aku ingin bisa percaya, saat berjuta alasan berputar-putar menghantuiku, hanya demi membuat diriku cukup percaya diri. Tanpa harus selalu tertunduk melihatmu yang begitu jauh berada di atas mampuku.

Terkadang, aku ingin bisa percaya, bahwa perempuan yang kupeluk hatinya pada tiap sepertiga malam akan menemukan cinta terbaiknya yang berada pada diriku.

Terkadang, aku ingin bisa percaya, ketika tanganku mulai jenuh untuk bertadah mengirim do'a lagi, tentang segala do'a-do'a yang entah bersinggah di mana. Aku ingin tetap berdiri tegak menyaksikan segalanya.

Terkadang, aku ingin bisa percaya, bahwa di masing-masing pundak kita telah tersemat takdir yang begitu baik, begitu indah, hingga membuat siapapun membasahkan pipinya ketika takdir itu sampai.

Aku hanya ingin bisa percaya, bahwa Allah tidak akan meleset melontarkan takdir kepada umat-Nya.

---

Suatu Hari Nanti

Suatu Hari Nanti

Suatu hari akan ada seseorang yang cukup baik budinya untuk membuat tertarik. Cukup luas hatinya untuk tempatmu tinggal. Cukup bijaksana pikirannya untuk kamu ajak bicara. 

Kamu tidak perlu menjadi orang lain untuk mempertahankan seseorang, tetap jadilah diri sendiri. Kamu pun tidak (dan jangan) menuntut orang lain menerima keadaanmu bila ia memang tidak mampu menerimanya. Karena yang baik belum tentu tepat. 

Orang baik itu banyak sekali dan hanya ada satu yang tepat. Selebihnya hanyalah ujian. Kamu tidak pernah tahu siapa yang tepat sampai datang hari akad. Tetaplah jaga diri selayaknya  menjaga orang yang paling berharga untukmu. Karena kamu sangat berharga untuk seseorang yang sangat berharga buatmu nantinya. 

Suatu hari akan ada orang yang cukup baik dan cukup luas hatinya untuk kamu tinggali. Cukup kuat kakinya untuk kamu ajak jalan bersama. Lebih dari itu, ia mampu menerimamu yang juga serba cukup

---

Rindu sebagai maharnya

Rindu sebagai maharnya

Malam terlalu cepat ingin pergi,
dan subuh, takpernah turun sepagi ini.

Sementara rindu,
masih separuh membatu di dadamu.

Lalu, dengan apa kuusik pejam itu,
andai mimpimu takmelulu tentang aku.

Atau, bagaimana jika kita bertaruh saja;
ya…, rindu sebagai maharnya,
bawalah dia pulang andai kaumenang,
jika kalah, dia tetap bisa untuk kaukenang.

Sederhana, bukan?

Jatuh akan selesai

Jatuh akan selesai

Saat ini aku hanya ingin terpejam.
Sembari merapal doa, siapa tahu ketika mata kembali terbuka, semua sudah terlupa.
Kali ini aku hanya ingin terdiam.
Sembari melumat pahit, siapa tahu ketika diri kembali berlari, air mata sudah mengering disapu angin.
Dan hari ini aku hanya ingin terduduk.
Sembari menyulam perih, siapa tahu ketika aku berdiri, sulamannya penuh warna yang warni.

Bukankah bumi berputar? Bukankah jalan tak selalu bersih tanpa belukar? Bukankah kita tak setiap hari berdiri dengan kekar?

Ya Allah, Tuhan yang Maha Segalanya. Yang menggenggam bumi dan seisinya.
Yang mengubah segala yang sudah terencana oleh manusia menjadi rencana-Mu.
Jatuh adalah perkara mudah bagi-Mu untuk diberikan kepada setiap hamba-Mu, namun jatuh adalah perkara sulit bagi kami yang menerimanya.

Jatuh membuat air mataku menjadi terpuisi.
Jatuh membuat tangisku menjadi tersyair.
Jatuh membuat rengekkanku menjadi tergema.
Jatuh membuatku berdoa agar hidup Kau sudahi saja.

Lapangkan hatiku, Allah.
Kuatkan aku. Terangi pikiranku. Ikhlaskan aku. Ingatkan aku bahwa jatuh tak akan berlangsung terlalu lama, bahwa seluruh airmata dan peluhku tak pernah Kau anggap gratis, bahwa badai pasti reda, bahwa sakit akan segera Kau sembuhkan, bahwa pelangi selalu Kau suguhkan walah hujan sempat menjadi penghalang.

Jika aku kembali membaca tulisan ini nanti. Setidaknya aku tahu bahwa aku pernah jatuh dan bumi masih terus berputar.

---

Menangis

Menangis

“Jika kamu tak mampu menangis karena Allah,
Maka menangislah karena ketidakmampuan itu”

Manusia selalu begitu,
Selalu meminta..
Namun terkadang lupa bersyukur
Padahal tanpa Allah kita bukan apa-apa
Hanya menangis bersyukur kepada Allah pun sulit sekali

Ya Allah maaf kan hambamu ini,
Yang sulit meneteskan air mata karena-Mu
Padahal setiap takdir yang Engkau beri adalah takdir terindah untuk ku dariMu
Setiap nikmat yang Engkau beri adalah nikmat terbaik untukku dariMu

Maaf kan aku ya Allah..
Bantulah mata dan hati ini menangis karenaMu..
UntukMu.. Karena tak dapat menangis karenaMu adalah Duka Sedalam Cinta ,.

---

Proses

Proses

Berapa banyak jatuh yang pernah dituai? Berapa banyak luka yang telah disemai? Entah oleh diri sendiri atau juga orang lain. Pasti lebih dari sekedar sekali. Bukan pasti tapi ini lebih dari sekedar mutlak.

Sakit, luka dan usaha yang tak terhitung adalah harga mahal yang harus dibayar. Tak pernah padam telinga ini mendengar ceracau bising serta berbagai suara sumbang dari penonton yang tak tahu kondisi dibalik layar. Ingin rasanya menuturkan sumpah serapah, namun tak berdaya karena yang dilihat selalu hasil akhir.


Yang disuarakan kadang sudah terlalu banyak daripada yang seharusnya didengar. Mengapa bersuara bila hanya untuk menjatuhkan? Tak apa, aku belajar. Dari setiap ocehan membabi buta mereka, ada cambuk yang dipukulkan pada raga jauh lebih dalam dari biasanya. Bukan untuk menyakiti, tapi untuk mengerti bahwa  untuk berdiri ada yang harus disadari oleh diri sendiri. Kau masih bertanya itu apa? Berhenti melihat ke luar, sebab di dalam ada yang perlu untuk dilihat.

Konsistensi, usaha, dan mau menerima kritik merupakan bagian dari sebuah proses selain siap menerima ceracau sumbang. Memulai garis pertama adalah hal yang tidak mudah, namun menjadi lebih sulit bila tak memulai sama sekali. Namun bila sudah memulai garis pertama, jangan berhenti sampai garis terkahir tergores. Tak akan tahu rasanya bila tak menyelesaikan. Tak masalah hasil akhir tak sesuai keinginan, yang penting adalah bagaimana usaha untuk menyelesaikan keseluruhan proses tersebut.


Tentang hasil yang tak pernah mengkhianati proses, aku percaya setiap jatuh adalah pembuka jalan. Untuk hasil yang seringkali belum memenuhi ekspektasi diri sendiri, aku mengerti bahwa berharap tak boleh tak menjejak. Pada hasil yang sudah menjadi nyata, ada syukur yang harus banyak-banyak disuarakan

Proses bukan sekedar, seberapa banyak luka yang di dapat. Anggaplah luka adalah perumpamaan dari segala macam kesulitan yang terjadi. Proses adalah bagaimana cara menghadapi segala kesulitan dan masalah. Bukan pula tentang hasil akhir, karena hasil akhir sebatas bonus.

Jika Kau Baca

Jika Kau Baca

Jika Kau membaca ini,
ingatlah, bahwa setiap kata yang tertulis, lahir dari sikap seseorang yang teramat apatis.

Kau tahu aku mencintainya,
seperti nadi yang mencintai denyutnya. Pun seperti mata, yang mencintai airmatanya.

Jika sempat Kau membaca ini,
ingatlah, kugunakan segala daya yang Kau berikan, hanya untuk sekali saja melihatnya menatapku.

Entah untuk apa Kau ciptakan suka, lengkap dengan dukanya. Jika ternyata kita sama-sama tahu, bahwa hati tak mampu menampung keduanya.

Jika sempat Kau melihatku menulis ini,
Ingat, jemariku bergetar hebat, detak jantungku menguat, dan airmataku jatuh tergurat.

Aku gamang, di atas harapan yang meninggi. Dan, aku mulai terlihat malang.

Aku tahu, Kau akan selalu melihat dan membaca segala peristiwa. Aku tahu, Kau akan dengan sangat mudah mengingat setiap nestapa.

Maka dengan segala hormat, 
cobalah berusaha membuat sebuah jawaban, secepat senja yang Kau tenggelamkan, hanya agar aku berebut sujud dalam kegelapan

---

Entahlah

Entahlah

Ada seseorang yang tampak senang-senang saja. Hidupnya tampak tenang-tenang saja dan berjalan sebagaimana mestinya.

Tahukah, selain memang ia mensyukuri saat bahagianya, ternyata sudah sekian lama ia berteman dengan kegetiran hidupnya. 

Kiranya tak usah membahas bahagia. Maka garisbawahilah pada bagaimana ia mampu berkawan dengan kondisi tersulit dalam hidupnya.

Sesekali ia memang mengeluh, tapi sisanya ia jalani dengan hati teguh. 

Ia begitu bahagia bila terlihat bersama-sama. Tapi sebelumnya, untuk berjalan sendiripun ia telah terbiasa. 

Ia bisa terlihat begitu ceria ketika sedang berkumpul. Tapi sebelumnya, ia sudah mampu tersenyum dalam getir yang dikulum. 

Bukan. Bahkan, bahagia takkan selalu datang dalam hidupnya. Justru, Ia hanya terbiasa untuk berdamai dan menjalani sepahit apapun hidupnya. 

Tidak banyak orang yang seperti itu. Yang dengan getir ia terbiasa, dengan bahagia ia tak perlu jumawa.

MF

Beginilah Penulis

Beginilah Penulis

Beginilah menjadi penulis, sayangku. 

Kau tak harus selalu percaya apa yang dituliskannya. Tapi percayalah, yang ia inginkan adalah kau menikmatinya. Setulus ia menuliskannya, tentu dapat kau rasakan dalam setiap bait yang tertera. 

Di tangan penulis, sudut pandangnya bisa beragam rupa. Bisa jadi ia menuliskannya sebagai gaya orang pertama, orang kedua, bahkan orang ketiga. Ia bisa menceritakan dirinya sendiri, membaur dalam percakapan tokoh utama, atau menjadi narator bisu yang menjadi saksi atas setiap peristiwa. 

Sayangku, 

Atas apa yang penulis sampaikan dalam setiap paragrafnya, tak pernah ada yang tahu pasti. Kenyataan atau fantasi, bedanya hanya setipis kulit ari. Barangkali kau sangka yang ia tuliskan itu nyata, padahal sejatinya ia tak pernah mengalaminya. Barangkali juga kau pikir bahwa yang ia tuliskan itu fiksi, padahal nyatanya itu adalah cerita hidupnya yang benar terjadi. 

Senang sedihnya tak dapat kau duga, meski dapat kau rasa. Barangkali kalimat bijak yang tertulis itu bukan untuk menggurui siapapun, melainkan untuk menasehati dirinya sendiri. Juga suatu kali kalimat sampah tak berarti yang dituliskannya bukan menyatakan dirinya sebusuk itu, melainkan hanya menumpahkan rasa yang kiranya begitu manusiawi. 

Kau juga mungkin tak pernah tahu, dibalik larik-larik puisinya yang begitu indah tersimpan segenggam hati yang sejatinya gundah. Dari kalimat getirnya, tersembunyi kekuatan jiwanya. Pun dibalik paragraf yang seringkali menyentuh sanubari, terdapat peristiwa kelam sekaligus terang yang pernah dilaluinya untuk jadi sebongkah inspirasi.

Ah sayangku, 

Hendak kukatakan, jangan terlalu mudah memprediksi apa yang penulis beri. Sebenarnya ia hanya ingin karyanya kau nikmati, lalu diolah kembali dalam pikir dan sanubari. Dari tulisannya yang bijak belum tentu ia sebaik itu, dari tulisannya yang sembono toh belum tentu ia seburuk itu. Hati-hatilah dalam memprediksi, selain memang kedewasaan berpikirlah yang menuntun pada penyamaan persepsi.

Juga ada dunia lain di dalam otaknya yang ia hidupkan lewat barisan kata-kata, selain dunia nyata yang ia jalani. Para penulis, sejatinya mampu menciptakan kehidupan artifisial dalam pikirannya sendiri. Barangkali ada yang mencerminkan, namun ada pula yang sejatinya terpisah sama sekali. Hati-hati, bila kau jatuh cinta pada tulisannya toh belum tentu kau akan jatuh cinta pada sosok aslinya. Juga barangkali kau tertambat khayal akan pemuda-pemudi rupawan yang pandai menuliskan sejuta kata syahdu, toh pada akhirnya kau akan menemukan sesosok bayang biasa saja yang bahkan tak menawan hatimu. 

Sayangku, begitulah penulis itu rupanya. Silahkan jatuh cinta pada tulisannya, kagumlah pada karyanya. Tapi ingatlah, bisa jadi yang kau lihat di dunia nyata adalah sosok yang benar-benar berbeda. Karenanya, janganlah kecewa karena ekspektasimu semata. Ingat, bagusnya tulisan tak berkorelasi pada bentuk dan rupa, melainkan pada karakter si penulisnya. 

Akhir kata dariku, selamat terbuai dalam khayal.. tapi hati-hati hanyut dan tenggelam. 

Yang kau labeli ia sebagai pujangga, toh juga manusia biasa.

MF