Jadi

Jadi. Harus kumulai darimana tulisan ini? Perlukah kutanyakan kabar, lalu aku menyebutkan segala kabarku tanpa pernah kau tanyakan? Sungguh aku tak paham bagaimana harus memulainya. Sesekali aku ingin menulis sesuatu untukmu yang begitu romantis, agar kau percaya aku menulisnya dengan penuh kerinduan, maaf. Tapi sungguh, aku ingin sekali menulis sesuatu untukmu perihal rindu yang telah beranak pinak.
Malam ini aku duduk di depan meja kamarku, rutinitas seperti biasa, jam telah menunjukkan pukul 01.00 tapi mata tak kunjung usai untuk diajak berdebat. Kau tahu, aku kerap kali menunda jam tidurku untuk merindumu berkali-kali, terlebih malam ini. Menulis sesuatu yang tak pernah lebih begitu penting untuk diriku sendiri, sebab aku tahu memang tak pernah kau baca sekalipun tulisanku, mungkin.
Aku tahu kau mungkin bergumam untuk apa aku menulis hal semacam ini, yang bagimu barangkali tak penting. Tapi kuberitahu satu hal, sebab hanya dengan menulis seperti ini aku dapat mengingatmu, menumpahkan seluruh rinduku dengan bertubi tubi tanpa perantara, 
hanya dengan ini, aku merasa cukup.

Aku ingin merangkai segumpal sajak yang ganjil, tempat di mana kata-kataku, bait-bait prosa cerobohku tertulis dalam elegi merindumu, hingga nanti saatnya tiba, aku mendapati kita yang telah menghilang pada masing masing peraduannya. Kau dengan hal-hal barumu, sementara aku masih tak kunjung selesai memahami bahwasannya aku memang tak berhak jatuh cinta.
Bertahun-tahun aku mengumpulkan setiap langkah demi perjalanan yang tidak pernah kutebak jaraknya.
Tiap kali aku berhenti untuk mencari setiap persinggahan, pada akhirnya aku mengerti, mereka tak bisa kusebut rumah jika di ujung jalan ternyata hanya kau yang benar benar layak untuk dijadikan tempat singgah, barang hanya sementara waktu, sebab aku tahu aku tak bisa lama lama untuk menyinggahimu.
Di ujung hari yang lain, aku ingin sekali menghitung setiap bilangan langkahmu yang perlahan lahan menjadi asing, anggap saja sebagai penantian yang luruh secara perlahan.
Barangkali kita perlu sekali lagi bertatap muka, berdua saja, layaknya sepasang kekasih,
oh maaf aku terlalu lancang, maksudku layaknya sepasang sahabat yang esok hari akan dipisahkan oleh banyak hal untuk sebuah waktu yang tak terdefinisikan.
Kemudian sekali lagi aku akan bertanya,

Tidakkah rinduku yang kemarin masih bisa cukup untuk menahanmu?

---

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »