Rindu sebagai maharnya

Malam terlalu cepat ingin pergi,
dan subuh, takpernah turun sepagi ini.

Sementara rindu,
masih separuh membatu di dadamu.

Lalu, dengan apa kuusik pejam itu,
andai mimpimu takmelulu tentang aku.

Atau, bagaimana jika kita bertaruh saja;
ya…, rindu sebagai maharnya,
bawalah dia pulang andai kaumenang,
jika kalah, dia tetap bisa untuk kaukenang.

Sederhana, bukan?

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »